Senin, 10 Februari 2020

Mengapa dibutuhkan Arca / murti/patung?

Mengapa dibutuhkan Arca / murti/patung?
Tujuan tertinggi pemujaan kepada Tuhan adalah moksa yaitu terlepasnya atman (Roh) dari perputaran kelahiran dan kematian yang dialami berulang kali kedunia material ini / terbebasnya dari reinkarnasi (samsara). Pembebasan ini hanya dapat dicapai bila seseorang telah berhasil mendapatkan kesadaran Agung.

Apakah Tuhan Agama Hindu mempunyai wujud? 
Hal ini terkait dalam sistem pemujaan agama Hindu para pemeluknya membuat bangunan suci, arca (patung-patung), pratima, pralinga, mempersembahkan bhusana, sesajen dan lain-lain.

Hal ini menimbulkan prasangka dan tuduhan yang bertubi-tubi dengan mengatakan umat Hindu menyembah berhala.
Penjelasan lebih lanjut tentang pelukisan Tuhan dalam bentuk patung adalah suatu cetusan rasa cinta (bhakti). Sebagaimana halnya jika seorang pemuda jatuh cinta pada kekasihnya, sampai tingkat madness (tergila-gila) maka bantal gulingpun dipeluknya erat-erat, diumpamakan kekasihnya,
diapun ingin mengambarkan kekasihnya itu dengan sajak-sajak yang penuh dengan perumpamaan. 

Begitu pula dalam peribadatan membawa sajen (yang berisi makanan yang lezat dan buah-buahan) ke Pura, apakah berarti Tuhan umat Hindu seperti manusia, suka makan yang enak-enak? 
Pura dihias dan diukir sedemikian indah, apakah Tuhan umat Hindu suka dengan seni? 
Tentu saja tidak. 
Semua sajen dan kesenian ini hanyalah sebagai alat untuk mewujudkan rasa bhakti kepada Tuhan.

untuk mencapai kepada Tuhan adalah, kita harus mencintai Tuhan. Pepatah “Tak Kenal Maka Tak Sayang” Bagaimana kita bisa mencintai beliau, kalau kita tidak pernah kenal beliau?

Kalau ternyata Tuhan tidak berwujud, tidak memiliki sifat, tidak terdeskripsikan dan lain-lain, 
Bagaimana kita bisa “memberi” sesuatu kepada Tuhan, kalau mata kita tidak bisa melihat-Nya? pertama karena keterbatasan panca indra kita. Tuhan mungkin sudah hadir didepan mata kita, tapi tidak mampu melihatnya. Telinga tidak mampu mendengar bisikan Tuhan yang lembut. Itu karena frekuensi yang berbeda. Dalam atmosfir disekitar kita berseliweran beribu-ribu gelombang cahaya, suara dan sebagainya. Toh mata dan telinga kita tidak bisa menangkapnya. Seandainya mata dan telinga sangat peka, tentu kita tidak butuh telpon, TV/radio dan lain-lain. Padahal kalau mau jujur kita tidak pernah bisa bersembahyang pada kekosongan. 
Saat berdoa/ sembahyang, pastilah pikiran kita membayangkan suatu figur, sosok, bentuk, wujud, konsep/ gambaran tertentu yang dijadikan obyek pemusatan pikiran.

Arca/ murti dibuat dari bahan kayu, batu, logam dan lain-lain. Ada upacara/ mantram tertentu yang harus dilakukan untuk “mengundang” Tuhan agar berkenan “bersemayam” dalam murti/ arca yang dipuja.

Tuhan maha hebat, Beliau mampu mengubah sesuatu yang bersifat material menjadi spiritual. Apa sulitnya bagi Tuhan untuk “masuk” kedalam arca/murti, untuk menerima bhakti dan persembahan dari pemuja-Nya yang berbakti dengan hati yang tulus.

Bukankah benda-benda semuanya itu adalah ciptaan Tuhan sendiri? 
Mengapa kita tidak manfaatkan benda-benda ciptaan Tuhan untuk mengagungkan dan mendekatkan diri kepada-Nya? 
Kalau kemudian ada yang bertanya : “Tuhan ada dimana-mana. Mampukah Tuhan masuk, berada dan bersemayam dalam arca yang dipuja umat itu?

Biasanya ada yang menjawab : “Tidak mungkin! 
Tuhan Maha Suci, Tidak mungkin Tuhan berada dalam benda-benda ciptaan manusia!”

Kalau begitu, “oh, jadi Tuhan kalah dengan manusia? 

Manusia lebih hebat dari Tuhan, karena Tuhan tidak mampu memasukinya? 
Tidak berdaya menghadapi benda-benda ciptaan manusia! 
Bukankah itu berarti Tuhan juga tidak mampu berada dalam masjid, gereja, pura dan wihara? 
Bukankah semua ‘tempat suci’ buatan manusia? 
Lalu apa gunanya kita sembahyang dipura, masjid, gereja /wihara kalau Tuhan tidak bisa hadir didalamnya?

Dalam konsep agama Hindu, Tuhan bersifat transenden, sekaligus imanen. selain berada ditempat tinggal rohani-Nya, Tuhan juga berada dalam benda-benda ciptaan-Nya, Tuhan dilihat dan dihayati dalam segala sesuatu.

Konsep saguna brahman.
Arca/patung hanya perantara, yg kita sembah bukanlah patungnya tpi energi 'semesta' yg ada di 'dalam' nya.
Mungkin bisa diibaratkan sperti menonton tv, kita tidak menonton 'tv' nya tetapi acara yg ada di tv trsebut.

Tutur nak lingsir tiang ngorahan Ida nak merage embang (kosong) nanging ngebekin jagat agung lan jagat alit, kauikin Ida uli hati ning, manah suci anggen jalaran, elingan ngerestiti bakti ke akasa, sungkem marep pertiwi, yayah ,bibine ento suba. 

Tuhan memenuhi alam semesta beserta isinya, di setiap rupa, wujud, media, obyek dan materi (prakerti). Disetiap ruang dan tempat yang hampa dan yang terasa. Tuhan itu kesadaran yang luas melampaui batas pikiran. Sehingga tak terpikirkan dan tak terjangkau. Tuhan ada di setiap mata, hati dan pikiran.Jadi, yakini rasamu, wujudkan Tuhan dalam ruang pikirmu, dan realisasikan dalam simbol (Niyasa) yang menarik dimatamu. Sehingga kesadaran semesta akan terurai. "Tuhan tidak kemana-mana".

#tubaba.wujud bhakti ring bhisama#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar