Penjor berasal dari kata penjor, yang berarti Pengajum atau Pengastawa, kalau dihilangkan huruf “ny”, menjadi kata benda yaitu Penyor yang berarti sebagai sarana untuk melaksanakan Pengastawa.
Memasang penjor bertujuan untuk mewujudkan rasa bakti dan sebagai ungkapan terimakasih atas kemakmuran yang diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi (Tuhan).
Bambu yang melengkung adalah gambaran dari gunung tertinggi sebagai tempat yang suci.
Penjor merupakan salah satu sarana upakara dalam hari Raya Galungan. Penjor adalah simbol dari naga basukih, dimana Basukih berarti kesejahteraan dan kemakmuran.
Keberadaan bahan-bahan pembuat penjor tersebut tentu memiliki arti dan filosofinya masing-masing. Berdasarkan lontar Tutur Dewi Tapini menyebutkan :
“Ndah Ta Kita Sang Sujana Sujani, Sira Umara Yadnya, Wruha Kiteng Rumuhun, Rikedaden Dewa, Bhuta Umungguhi Ritekapi Yadnya, Dewa Mekabehan Menadya Saraning Jagat Apang Saking Dewa Mantuk Ring Widhi, Widhi Widana Ngaran Apan Sang Hyang Tri Purusa Meraga Sedaging Jagat Rat, Bhuwana Kabeh, Hyang Siwa Meraga Candra, Hyang Sadha Siwa Meraga “Windhune”, Sang Hyang Parama Siwa Nadha”
Artinya : Wahai kamu orang-orang bijaksana, yang menyelenggarakan yadnya, agar kalian mengerti proses menjadi kedewataan, maka dari itu sang Bhuta menjadi tempat/tatakan/dasar dari yadnya itu, kemudian semua Dewa menjadi sarinya dari jagat raya, agar dari dewa semua kembali kepada hyang widhi, widhi widhana (ritualnya) bertujuan agar sang Tri Purusa menjadi isi dari jagat raya, Hyang Siwa menjadi Bulan, Hyang Sadha Siwa menjadi windu (titik O), sang hyang parama siwa menjadi nadha (kecek), yang mana kesemuanya ini merupakan simbol dari Ong Kara.
“Sang Hyang Iswara Maraga Martha Upaboga, Hyang Wisnu Meraga Sarwapala (buah-buahan), Hyang Brahma Meraga Sarwa Sesanganan (bambu & jajanan), Hyang Rudra Meraga Kelapa, Hyang Mahadewa Meraga Ruaning Gading ( janur kuning), Hyang Sangkara Meraga Phalem (buah pala), Hyang Sri Dewi Meraga Pari (padi), Hyang Sambu Meraga Isepan (tebu), Hyang Mahesora Meraga Biting (semat).”
Dari petikan bait lontar di atas dapat disimpulkan bahan-bahan pembuat penjor antara lain :
#Bambu
#Plawa (dedaunan)
#Palawija (biji-bijian seperti padi dan
jagung)
#Palabungkah (umbi-umbian)
#Palagantung (kelapa, pisang, timun)
#Sanganan (Jajanan)
#Uang kepeng/logam 11 biji
#Sanggar Ardha Candra simbol dari Ong
Kara.
#Sampian penjor yang berisi porosan
(tembakau, daun sirih, kapur, buah
pinang, buah gambir) dan bunga.
Baca Selanjutnya:
Pemprov Bali Pastikan Pelaksanaan SKD CPNS, Dilaksanakan 7 Hari dari Januari Hingga Februari 2020
X
Ndah Ta Kita Sang Sujana Sujani, Sira Umara Yadnva, Wruha Kiteng Rumuhun, Rikedaden Dewa, Bhuta Umungguhi Ritekapi Yadnya, Dewa Mekabehan Menadya Saraning Jagat Apang Saking Dewa Mantuk Ring Widhi, Widhi Widana Ngaran Apan Sang Hyang Tri Purusa Meraga Sedaging Jagat Rat, Bhuwana Kabeh, Hyang Siwa Meraga Candra, Hyang Sadha Siwa Meraga “Windhune”, Sang Hyang Parama Siwa Nadha
Artinya:
Wahai kamu orang-orang bijaksana, yang menyelenggarakan yadnya, agar kalian mengerti proses menjadi kedewataan, maka dari itu sang Bhuta menjadi tempat/tatakan/dasar dari yadnya itu, kemudian semua Dewa menjadi sarinya dari jagat raya, agar dari dewa semua kembali kepada Hyang Widhi, widhi widhana (ritualnya) bertujuan agar sang Tri Purusa menjadi isi dari jagat raya, Hyang Siwa menjadi Bulan, Hyang Sadha Siwa menjadi windu (titik O), sang hyang parama siwa menjadi nadha (kecek), yang mana kesemuanya ini merupakan simbol dari Ong Kara.
Penjor galungan bersifat religius, yang mempunyai fungsi tertentu dalam upacara keagamaan, dan wajib dibuat lengkap dengan kelengkapannya.
Membuat penjor untuk upacara memerlukan syarat tertentu, dan sesuai dengan Sastra Agama, agar tidak berkesan sebagai hiasan saja.
Dalam lontar Tutur Dewi Tapini juga telah disebutkan, setiap unsur pada penjor melambangkan simbol-simbol suci, yaitu sebagai berikut :
#Bambu (dan kue) sebagai vibrasi
kekuatan Dewa Brahma.
#Kelapa sebagai simbol vibrasi Dewa
Rudra.
#Kain Kuning dan Janur sebagai simbol.
vibrasi Dewa Mahadewa.
#Daun-daunan (plawa) sebagai simbol
vibrasi Dewa Sangkara.
#Pala bungkah dan pala gantung sebagai
simbol vibrasi Dewa Wisnu.
#Tebu sebagai simbol vibrasi Dewa
Sambu.
#Padi sebagai simbol vibrasi Dewi SriKain
putih sebagai simbol vibrasi Dewa
Iswara.
#Sanggah sebagai simbol vibrasi Dewa
Siwa.
#Upakara sebagai simbol vibrasi Dewa
Sadha Siwa dan Parama Siwa.
#tubaba@memenjorgalungan#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar