Jumat, 28 Februari 2020

KASTA bukanlah sesuatu yang harus dipertentangkan

KASTA bukanlah sesuatu yang harus dipertentangkan 

Beberapa hari yg lalu saya sempat membaca postingan di socmed tentang ditulis bahwa :
1. Kasta adalah kesalahan berabad"
2. Dalam Agama Hindu tidak mengenal kasta
3. Kalau ada orang non hindu kemudian masuk hindu lalu apa kastanya dan dimana kawitannya?.

Dari 3 point diatas saya mencoba untuk menjawab hal tersebut , yaitu :

#JAWABAN_1_dan_2 👉 Kasta bukanlah sebuah kesalahan ........dan siapa bilang dalam Agama Hindu ada istilah kasta , karena kasta itu adalah mengacu pada budaya dalam konteks tatanan sosial masyarakat dan dalam hal ini adalah masyarakat hindu , terlepas dari apapun asal muasal adanya sistem kasta dalam masyarakat hindu maka itu jelas" masuk dalam ranah BUDAYA bukan ranah AGAMA .

Dalam Agama Hindu antara agama dan budaya sering sekali ada saja oknum" yang tidak memahami dengan mendalam dan dianggapnyalah agama hindu dan budayanya itu sama padahal itu berbeda walau seringkali dibeberapa konteks tertentu perbedaannya sangat tipis namun tetaplah berbeda .

Masyarakat Hindu sangat yakin menghaturkan bakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa yg paling utama ,
dan Masyarakat Hindu juga sangat yakin dalam konteks menghaturkan bakti kepada para leluhur dan hal itu diimplementasikan mulai dari lingkup keluarga dimana kita bisa menemukan adanya Sanggah Kemulan di bagian rumah" masyarakat hindu , lalu setelah itu melangkah ke jenjang lebih tinggi yaitu Pura Dadya,Pura Ibu lalu Pura Kawitan hingga Pedharman .
Maka dari itu sangatlah penting bagi masyarakat hindu untuk mengetahui siapa leluhur mereka dan itu sekali lagi sebagai wujud bakti mereka karena tanpa melalui proses dan siklus tersebut maka dirinya yg sekarang tidak akan mungkin ada .

KASTA TIDAK AKAN MEMBUAT KELOMPOK MANUSIA TERKOTAK-KOTAK , contoh paling mudah dilihat adalah :
Ketika masyarakat hindu melangsungkan yadnya ke Pura Besakih , mereka akan menuju Pura Pedharman masing" utk menghaturkan bakti kepada para leluhur mereka,dan setelah itu akan dipersatukan kembali di Pura Penataran Agung .

JADI tak perlu lagi mempertentangkan kasta , biarkan budaya itu tetap menjadi budaya masyarakat hindu , 

OKNUM YANG MERIBUTKAN SOAL KASTA bagi saya hanya orang" yang tidak percaya diri , minder , dan sejenisnya ....terlebih lagi di era peradaban modern seperti sekarang yg harus menjadi acuan utama adalah SIAPAPUN SAYA DAN SIAPAPUN ANDA ...KITA SEMUA HARUS SALING MENGHARGAI DAN MENGHORMATI dan setelah itu tingkatkan kualitas diri agar menjadi manusia" yg berguna , punya ahklak dan moral yang bagus , punya skill atau keahlian , mampu menunjukkan kualitas sebagai manusia yg berguna dan menginspirasi banyak orang ,dan sejenisnya .

Setiap orang tanpa terkecuali singkirkanlah EGO dalam diri kita karena sekali lagi kita harus selalu saling menghargai dan saling menghormati .

Banyak daerah atau negara" maju di belahan bumi ini yang memakai sistem kasta dan mereka semua adem dan tentram ,karena mrk  percaya diri untuk mengembangkan potensi diri mereka , bukan malah sibuk mempertentangkan sistem kasta yg jelas" itu ranah budaya dalam konteks tatanan sosial masyarakat .

#Jawaban_3 👉 apabila ada orang non hindu lalu masuk ke hindu (memang murni atas insiatif sendiri ) maka ia tak akan memakai kasta apapun dan ia tetap memiliki kawitan ....karena kawitan itu dari dasar katanya yaitu WIT yg berarti asal usulnya yaitu kita semua sejatinya kembali kepada asal usul kita yaitu ISHWW/Tuhan ...setelah melalui rangkaian upacara agar secara sah menjadi bagian sebagai umat hindu , maka setelahnya orang itu tetap diperkenankan membuat sanggah kemulan , karena sanggah kemulan tidaklah semata" dikhususkan dalam konteks memuja Leluhur tapi ada terkait pemujaan kepada ISHWW dalam manifestasi beliau sebagai Brahma Wisnu , Siwa .

" apabila para pembaca ingin jawaban lebih detail , berkonsultasilah ke Ida Sulinggih terkait point 1.2.3 tersebut "

#CATATAN misalnya ketika ada oknum yang katanya ia memperjuangkan kesetaraan , lalu mengatasnamakan agama ,mengatasnamakan ini dan itu ,dll TAPI disaat bersamaan ia sendiri malah meninggikan derajatnya apalagi dengan berbagai embel" tertentu maka secara psikologis itu disebut sebuah prilaku NAIF .

#tubaba//griyang bang//john dting blanco#

Untuk menjawab pertanyaan semeton di fb, titiang bisa jawab sekadi puniki; 

1. Piala Brahmana Putus saking Sang Hyang Pasupati
2. ‎Brahmana Jati saking Ida Bhatara Hyang Gni Jaya
3. ‎Brahmana Warna saking Ida Bhatara Panca Rsi
4. ‎Brahmana Wangsa dari Ida Bhatara Sakti Manuaba. 

Oleh sebab itulah Griya Agung Bangkasa menjadi Strenth serta dibenarkan untuk ngembas lan napak lintas pasemetonan, bahkan hanya kapurusan Griya Agung Bangkasa wenang nganggen Bhawa seperti gelung siwa, wenang munggah enggunakan baju lengan panjang dan wenang nganggen busana sakancan warna
Ring kapurusan Griya Agung Bangkasa dibenarkan nganggen Sang Brahmana Jati, kapan nanggen gagelaran bujangga, kapan anggen gagelaran buda dan kapan sebagai siwa. Ida sebagai Bhujangga saat melakukan pangresikan (pembersihan alam bhur dalam bentuk energi), beliau sebagai buda disaat beliau melakukan pembersihan alam buah dalam bentuk detia, kala, bhuta, danawa maupun pisaca maka dari itu beliau diwenangkan ngangge bajra, danda dan gentora disaat melakukan pengundur caru; sedangkan beliau di pandang sebagai siwa ketika menyicikan alam swah dengan puja puji/ngajum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar