Rabu, 19 Februari 2020

KADENE ALUH DADI GURU

KADENE ALUH DADI GURU
(Suara Hati Nurani Seorang Guru)
Oleh: I Gede Sugata YM, S.S, M.Pd

Jadi guru itu tidak mudah, karena kita akan bertemu dengan berbagai karakter, ada yang baik, ada yang pendiam, ada pula yang pandai.

Guru merupakan ujung tombak atau garda terdepan dalam mengimplementasikan kurikulum di lapangan yang bertujuan untuk meningkatkan dan mengelola sumber daya manusia Indonesia agar lebih maju dan dapat bersaingan dalam era global ini yang berorientasi link and match.

Kita lihat paparan salinan pidato atas nama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim untuk upacara peringatan hari guru nasional tahun ini yang beredar di media social tentang persoalan yang dihadapi para guru.

“Guru Indonesia yang Tercinta, tugas Anda adalah yang termulia sekaligus yang tersulit. Anda ditugasi untuk membentuk masa depan bangsa, tetapi lebih sering diberi aturan dibandingkan dengan pertolongan.”

Para guru ingin membantu murid yang mengalami , tetapi waktu mereka habis mengerjakan tugas administratif tanpa manfaat yang jelas. Para guru juga tahu betul bahwa potensi anak tidak dapat diukur dari hasil ujian, tetapi terpaksa mengejar angka karena didesak berbagai pemangku kepentingan.

“Anda ingin mengajak murid keluar kelas untuk belajar dari dunia sekitarnya, tetapi kurikulum yang begitu padat menutup pintu petualangan. Anda frustasi karena Anda tahu bahwa di dunia nyata kemampuan berkarya dan berkolaborasi akan menentukan kesuksesan anak, bukan kemampuan menghafal.”

Dalam salinan pidatonya, Nadiem mengatakan tidak akan membuat janji kosong kepada para guru, tetapi akan berjuang untuk kemerdekaan belajar di Indonesia. Ia mengatakan, perubahan tidak dapat dimulai dari atas, tetapi berawal dan berakhir dari guru.

Para guru juga diminta tidak menunggu aba-aba dan perintah, tetapi segera mengambil langkah pertama dan perubahan kecil di kelas. Misalnya, mengajak kelas berdiskusi, bukan hanya mendengar. Kemudian memberikan kesempatan kepada murid untuk mengajar di kelas, cetuskan proyek bakti sosial yang melibatkan seluruh kelas, temukan bakat diri murid yang kurang percaya diri, dan tawarkan bantuan kepada guru yang mengalami kesulitan.
Mungkin sudah menjadi perasaan guru pada umumnya bahwa sulit sekarang menekuni profesi sebagai guru, karena terlalu banyak yang dituntut. Sehingga banyak guru – guru kita lari dari tanggungjawab sebagai lentera kehidupan bagi anak – anak di masa yang akan datang.

Sejarah telah mencatat bahwa orang – orang besar selalu mendapat kesulitan dan ujian yang besar. Terkadang mereka dianggap orang aneh dan dikucilkan oleh lingkungannya. Sehingga ada ungkapan yang mengatakan bahwa kesulitan atau penderitaan adalah semua hadiah yang diberikan sang khalik kepada hamba yang dikasih-Nya.

Pengaruh dari penderitaan dan kesulitan lebih dari sekedar menjadikan substansi sesuatu menjadi lebih jelas. Artinya, setiap orang memiliki substansi yang tertutup tirai, tak ubahnya seperti barang tambang yang tersembunyi di bawah tanah, dan pengaruh penderitaan dan kesulitan adalah menjadi sesuatu yang ada di bawah tanah itu menjadi tampak. Lebih dari itu, penderitaan dan kesulitan mempunyai pengaruh menyumpurnakan, mengganti dan mengubah.

Pengaruh penderitaan dan kesulitan bersifat kimiawi, dia dapat mengganti satu logam menjadi logam yang lain. Dia juga bersifat membangun. Dia dapat membangun suatu wujut yang lain. Dia dapat mengubah sesuatu yang lemah menjadi kuat, yang rendah menjadi tinggi, yang mentah menjadi matang. Dan dia mempunyai karakteristik menjernihkan. Dia juga dapat menghilangkan berbagai kotoran dan kekeruhan. Dia juga memiliki sifat menggerakan. Dia menciptakan kewaspadaan dan kesensitifan, serta juga menghilangkan kelemahan.

Sedangkan tanggungjawab dalam konteks ini adalah totalitas pengerjaan tugas guru yang mendidik hingga tuntas dan berkualitas. Bertanggungjawab dan lapang dada mengakui kesalahan. Karena pada hakekatnya, semua manusia yang terlahir ke alam yang penuh dengan kemunafikan ini, pasti mengalami kesalahan, hanya saja yang sukses berani dan bersedia mengambil tanggungjawab untuk mengakui dan memperbaiki kesalahan tersebut. Setiap pekerjaan akan menghasilkan sebuah kata pujian dan bisa juga melahirkan cacian.

Orang yang bertanggungjawab, tidak sombong bila dipuji karena keberhasilannya dan tidak perlu lari dari tanggungjawab dan mencari kambing hitam. Atas suatu kegagalan, kita bisa saja mencari sejuta pembelaan dan sejuta bantahan atas pembelaan kita. Jadi, bertanggungjawablah, akui kesalahan, perbaiki, fokuslah pada meraih sukses. Karena masing – masing kita memiliki tanggungjawab, jagalah dan laksanakanlah tanggungjawab dengan berkualitas.

Untuk menjadi guru sukses, butuh pribadi yang bertanggungjawab. Jadilah guru profesional yang punya visi dan penuh inspirasi menjadikan anak didik kita nanti menjadi orang yang berguna minimal bagi dirinya pribadi. Karena mereka milik kehidupan yang akan datang, yang kita sendiri tidak mengetahui bagaimana kehidupan yang akan datang. Berilah mereka bekal apa yang terbaik yang kita miliki.

Orang bijak mengatakan guru adalah ibarat lilin, membakar dirinya sendiri demi menerangi kehidupan orang lain. Pernah penulis membaca info yang di shere lewat WhatsApp ; Guru berdiri di depan kelas, dan siswa memberi penghormatan, itu bukan karena guru haus kehormatan, tetapi karena siswa sedang diajar untuk tahu menghormati, Guru mengajar didepan kelas, siswa diminta memperhatikan, bukan karena guru tak tahu metode mengajar yang baik, tetapi karena siswa sedang diajar untuk menghargai orang lain.

Guru memberikan Pekerjaan Rumah, siswa diminta menyelesaikan, bukan karena guru memberi beban tambahan, tetapi karena siswa sedang diajar untuk bisa mengisi waktu berkualitas. Guru merobek kertas ujian karena menyontek, siswa diminta mengikuti ujian susulan, bukan karena guru berlaku jahat, tetapi karena siswa sedang diajar pentingnya kejujuran…Guru membuat jadwal kebersihan, siswa diminta membersihkan lingkungan, bukan karena guru mau seenaknya memerintah, tetapi karena siswa diajar untuk bisa bertanggung jawab, Guru berbicara keras karena siswa kurang memperhatikan, bukan karena guru benci, tetapi karena siswa sedang diajar untuk sadar akan kesalahan, Guru menghukum siswa karena bandel, bukan karena guru marah, tetapi karena siswa sedang diajar untuk mengerti kebaikan, Guru memberi hukuman yang wajar, bukan karena guru tak punya kasih, tetapi karena siswa sedang diajar mengakui kesalahan, Guru melarang siswa melakukan hal-hal yang terlihat asyik, bukan karena guru tak mengerti kesenangan siswa, tetapi karena siswa sedang diajar untuk melihat masa depan lebih baik,. Tanyakan pada mereka yang sukses sekarang, pantaskah membenci seorang guru ?

Sekarang yang penting, kita guru mau berubah. Artinya hari ini lebih baik dari hari sebelumnya. Perubahan yang akan kita alami, biar perlahan – lahan, tapi pasti. Kita sebagai guru harus terus mengikuti arus trend yang akan terus terjadi. Ikuti terus arus kemana dia mengalir, tapi kita guru harus punya pegangan modal yang kuat yaitu kuasai teknologi dan informasi agar kita tidak tertinggal. Hal yang tidak boleh hilang dalam hati seorang guru ; harapan, keikhlasan dan kejujuran, yang di selimut kasih sayang, cinta dan kebaikan dan beraktifitaslah dengan; tekad, kemauan, dan fokus. 

#tubaba@jadi guru bukan orang hebat tetapi semua orang hebat adalah berkat jasa dari seorang guru#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar