Senin, 17 Februari 2020

MENGUAK PESAN HARI RAYA GALUNGAN & KUNINGAN

MENGUAK PESAN HARI RAYA GALUNGAN & KUNINGAN
(jadilah Pemenang atas Dharma Jati Diri melawan Adharma yang ada dalam diri ini juga)
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S, M.Pd

Umat Hindu merayakan Galungan setiap enam bulan sekali, Apakah umat Hindu sudah menang? kemenangan seperti apa?, mengapa ada gejala moralitas semakin menurun, seolah-olah Adharmalah yang menjadi pemenang !?. Jika direnungkan berarti selama ini mungkin kita telah melakukan kekeliruan interpretasi terhadap hari Raya Galungan, sehingga pesan terdalam yang menjadi ROH dari Galungan hilang tak berbekas, karena kita baru besar pada ritual atau berupacara saja, tetapi belum bisa memaknainya sebagai media untuk merubah diri dari Avidya menuju Vidya agar menjadi Vijnanam untuk mencapai Anandam.

Kata Galungan berasal dari bahasa Jawa Kuno yang berarti; menang atau bertarung. Galungan juga sama artinya dengan Dungulan dalam Bahasa Bali Kuno. Hari Raya Galungan sudah dirayakan terlebih dahulu di tanah Jawa, ini sesuai dengan lontar berbahasa Jawa Kuno yaitu : Kidung Panji Amalat Rasmi. Di Bali Hari Raya Galungan untuk pertama kali dilaksanakan pada Hari Purnama Kapat, Budha Kliwon Dungulan tahun Saka 804 atau tahun 882 Masehi ini sesuai dengan lontar “Purana Bali Dwipa”

Makna Filossofis Galungan
Galungan adalah suatu upacara sakral yang memberikan kekuatan spritual agar mampu membedakan mana dorongan hidup yang berasal dari Adharma dan mana dari Budhi Atma yaitu : Suara Kebenaran (Dharma) dalam diri manusia. Disamping itu juga berarti kemampuan untuk membedakan kecendrungan keraksasaan (asura sampad) dan kecendrungan kedewaan (dewa sampad) karena hidup yang berbahagia atau ananda adalah hidup yang memiliki kemampuan untuk menguasai kecenderungan keraksasaan. Dalam lontar Sunarigama dijelaskan rincian upacara Hari Raya Galungan sebagai berikut: “Rabu Kliwon Dungulan namanya Galungan, arahkan bersatunya rohani supaya mendapatkan pandangan yang terang untuk melenyapkan segala kekacuan pikiran” Jadi inti Galungan adalah menyatukan kekuatan rohani agar mendapatkan pikiran dan pendirian yang terang. Bersatunya rohani dan pikiran yang terang inilah wujud dharma dalam diri. Sedangkan segala kekacuan pikiran (byaparaning idep) adalah wujud Adharma. Kesimpulan dari lontar Sunarigama; bahwa Galungan adalah kemenangan Dharma melawan Adharma.

#tubaba@Perangilah musuh dalam dirimu, hingga Engkau layak merayakan Galungan#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar