Kamis, 20 Februari 2020

melasti dan nangkluk merana ring punduk dawa (usaha menetralisir terhindar dari sasab merana/virus)

EEDAN UPACARA PEMELASTIAN IDA BHATARA SANG HYANG PASUPATI, IDA BHATARA AGNI JAYA, IDA BHATARA PUTRAN JAYA, DEWI DANU DAN IDA BHATARA MPU GANA DI PUNDUKDAWA SERTA DILAKSANAKAN UPACARA NANGLUK MERANA
(usaha menetralisir/mengharmoniskan bhuana agung dan bhuwana alit terhindar dari sasab merana/virus)
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S,  M.Pd

Upacara Pamelastian dan upacara Nangluk Merana yang akan dilaksanakan tanggal 23 Februari 2020 di Pantai Goa Lawah tergolong dalam jenis rentetan upacara Pamelastian dengan dilengkapi dengan upacara Bhuta Yadnya dan tujuan dilaksanakannya upacara Nangluk Merana oleh semeton Pasek yaitu pada umumnya untuk memohon keselamatan Bali dan Nusantara agar dijauhkan dari hal-hal yang negatif, terutama sejumlah bencana yang terjadi selama.

Upacara Nangluk Merana biasanya dilaksanakan pada sasih kanem oleh umat Hindu di Bali. Kenapa pada sasih kanem? Secara faktual, Sasih Kanem merupakan musim pancaroba, peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Hujan yang turun pada Sasih Kanem lebih lebat dari pada hujan saat Sasih Kalima. Musim pancaroba tentu saja berdampak pada kondisi alam dan merebaknya aneka penyakit atau pun hama. Sehingga dengan adanya Upacara Nagluk Merana inilah diharapkan dapat memberikan keselamatan lahir dan batin.

Semua itu ada dalam sastra Lontar Purwaka Bumi. Di samping itu tujuan ritual tersebut juga untuk memohon berkah kesuburan. Terlebih lagi, dalam pergantian sasih ini harus dimaknai dengan baik, dilaksanakan dengan lascarya, ngaturan bakti dan banten, memohon keselamatan agar terjadi penetralan kesimbangan sesuai dengan ajaran dan Lontar Cuda Mani.

Pelaksanaan Nangkluk Merana yang dilakukan semeton Pasek ini telah ada sejak zaman Rsi Markandya.Upacara nangluk merana umumnya dilaksanakan krama subak di seluruh Bali.  Pelaksanaan upacara nangluk ini disesuaikan dengan desa kala patra, tempat, waktu dan tradisi yang sudah berjalan di masing-masing daerah di Bali.

Mengacu pada sumber sastra lainnya, dalam hubungan dengan upacara nangluk merana di antaranya bersumber dari Purana Bali Dwipa. Pada intinya sumber itu mengatakan, ketika Raja Sri Aji Jayakasunu mendapat petunjuk dari Hyang Maha Kuasa berbunyi sebagai berikut :

Malih aja lali ring tatawur ring sagara, manca sanak, nista Madhya, uttama, nangken sasih kanem, kapitu, kaulu, pilih tunggil wenang maka panangluk mrana aranya. Yan sampun nangluk mrana, gring tatumpur tikus, walang sangit, mwah salwiring mrana ring desa, mwang ring sawah tan pa wisya, apan sampun hana labanya, wetning salwiring mrana saking samudra datengnya

Artinya :
Dan jangan lupa melaksanakan kurban (tawur) di laut amanca sanak, tingkat kecil, sedang, utama, tiap-tiap bulan Desember, Januari, Februari salah satu di antaranya dapat dipilih untuk dilaksanakan sebagai penolak hama dan bencana. Bilamana sudah melaksanakan upacara nangluk merana, penolak hama dan penyakit di sawah, maka tikus walang sangit, segala bentuk hama di tingkat desa maupun sawah tidak akan berbahaya, karena sudah dibuatkan upacara. Oleh karena segala wabah dari laut sumbernya.

#tubaba@semoga artikel ini dapat bermanfaat untuk semeton, sehingga Bali dan Indonesia terbebas dari Virus//Jika terdapat penjelasan yang kurang lengkap atau kurang tepat, mohon dikoreksi bersama#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar