Kamis, 20 Februari 2020

Nyantenang status Kakyang Mgk Pasek Swastika ring fb, iseng milu ngentungan uyah ke pasihe

Nyantenang status Kakyang Mgk Pasek Swastika ring fb, iseng milu ngentungan uyah ke pasihe:
Merayakan Siwaratri pada hakekatnya adalah melakukan pengendalian diri.
(Ngerogo Sukma/melatih kesadaran atma) 

"Atyantādhika ning bratanya taya kājar denikang rāt kabeh, manggeh ling nikang ādisastra Shivarātri punya tan popama"
(Shivarātrikalpa. 12.1.)

Artinya:
Sangat utama Brata Sivarātri telah diajarkan kepada dunia dan sastra-sastra utama selalu menekankan keutamaan Shivarātri tiada bandingnya.

Siwaratri adalah hari suci untuk melaksanakan pemujaan ke hadapan Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa dalam perwujudannya sebagai Sang Hyang Siwa. Siwarâtri juga disebut hari suci pajagran, Siwarâtri jatuh pada hari Catur Dasi Krsna paksa bulan Magha (panglong ping 14 sasih Kapitu)

Di India, setiap menjelang bulan mati (setiap bulan) umat Hindu menyelenggarakan Siwa Ratri dan tiap tahun merayakan Maha Siwa Ratri.

Malam dikuasai oleh bulan. Bulan mempunyai enam belas kala atau bagian-bagian kecil. Setiap hari bila bulan menyusut, berkuranglah satu bagian kecil hingga bulan hilang seluruhnya pada malam bulan yang baru. Setelah itu setiap hari tampak sebagaian, hingga lengkap pada bulan purnama. Bulan adalah dewata yang menguasai manas yaitu pikiran dan perasaan hati. 

'Candramaa manaso jaathah'. 
Dari Manas (pikiran) Purusha (Tuhan) timbullah bulan. Ada daya tarik menarik yang erat antara pikiran dan bulan, keduanya dapat mengalami kemunduran atau kemajuan. Susutnya bulan adalah simbul susutnya pikiran dan perasaan hati, karena pikiran dan perasaan hati dikuasai, dikurangi akhirnya dimusnahkan. Semua sadhana ditujukan pada hal ini. Manohara, pikiran dan perasaan hati harus dibunuh, sehingga maya dapat dihancurkan dan kenyataan terungkapkan. Setiap hari selama dua minggu ketika bulan menggelap, bulan, dan secara simbolis rekan imbangnya di dalam diri manusia yaitu 'manas' menyusut dan lenyap sebagian, kekuatannya berkurang, dan akhirnya pada malam keempat belas, Chaturdasi, sisanya hanya sedikit. Jika pada hari itu seorang sadhaka berusaha lebih giat, maka sisa yang kecil itupun dapat dihapuskan dan tercapailah Manonigraha (penguasaan pikiran dan perasaan hati). Oleh karena itu Chaaturdasi dari bagian yang gelap disebut Siwaratri. Karena malam itu seharusnya digunakan untuk japa dan dhyana kepada Siwa tanpa memikirkan soal yang lain, baik soal makan maupun tidur. Dengan demikian keberhasilan pun terjamin. Dan sekali setahun pada malam Mahasiwaratri, dianjurkan mengadakan kegiatan spiritual yang istimewa agar apa yang Savam (jasat atau simbol orang yang tak memahami kenyataan sejati) menjadi Sivam (terberkati, baik, ilahi) dengan menyingkirkan hal yang tak berharga, yang disebut Manas."

Merayakan Siwaratri pada hakekatnya adalah melakukan pengendalian diri.

Caranya dengan upawasa (puasa), monobrata (tidak berbicara), dan jagra (bergadang,selalu terjaga). Diakui atau tidak, manusia sering lupa, karena memiliki keterbatasan. Kerena sering mengalami lupa itu, maka setiap tahun pada sasih kepitu dilangsungkan Siwa Ratri dengan inti perayaan malam pejagraan. Pejagraan yang asal katanya jagra itu artinya sadar,waspada, eling atau melek. Orang yang selalu jagra atau waspadalah yang dapat menghindar dari perbuatan dosa. Siwa Ratri (Ratri juga sering ditulis Latri) adalah malam untuk memusatkan pikiran pada Sanghyang Siwa, guna mendapatkan kesadaran agar terhindar dari pikiran yang gelap.

Upawasa atau puasa didalam perayaan hari-hari suci Hindu memiliki peranan penting seperti perayaan Nyepi dengan Catur Brata penyepian, demikian pula dalam pelaksanaan Siwa Ratri dengan Brata Siwa Ratri, Brata Siwarâtri terdiri dari:

* Utama, melaksanakan:
   - Monabrata (berdiam diri dan tidak.  
     berbicara).
   - Upawasa (tidak makan dan tidak 
     minum).
   - Jagra (berjaga, tidak tidur).

* Madhya, melaksanakan: 
   - Upawasa.
   - Jagra.

* Nista, hanya melaksanakan: Jagra.

Tentang pentingnya upawasa diuraikan didalam weda sebagai berikut;

Kitab Yajur Veda XX. 25  sebagai berikut :
“Vratena diksam apnoti, diksaya apnoti daksinam
daksinam sraddham apnoti, sraddhaya satyam apyate”
(Dengan menjalankan bratha (disiplin diri) seseorang mencapai diksa (penyucian diri), dengan diksa seseorang memperoleh daksina (penghormatan), dengan daksina seseorang mencapai sraddha (keyakinan yang teguh), melalui sraddha seseorang akan mencapai Satya (Tuhan)

Brahma-enad vidyat tapasa vipascit 
(Orang yang bijaksana mengetahui Hyang Widhi dengan sarana tapa (pengendalian diri dengan penebusan dosa). [Atharwa Weda VIII.9.3]

Tapas caiva-astam karma ca-antar mahati-arna ve 
(Tapa dan keteguhan hati adalah satu-satunya juru selamat di dunia yang mengerikan). [Atharwa Weda XI.8.2]
#tubaba@griyang bang#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar